Jumat, 26 Juli 2013

PUISI Chairil Anwar

berikut ini adalah puisi puisi yang ditulis oleh penyair legendaris yaitu Chairil Anwar.
dari buku "AKU" yang belum lama ini saya baca.





AKU
Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang 'kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerajang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mahu hidup seribu tahun lagi
March 1943

DOA
kepada Pemeluk teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMu
Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh
Cahayamu panas suci
tinggal kerdip lilin dikelam sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk

remuk
Tuhanku
aku mengembara dinegeri asing
Tuhanku
dipintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
November 1943



SAJAK PUTIH
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah

PUISI KEHIDUPAN
Hari hari lewat, pelan tapi pasti
Hari ini aku menuju satu puncak tangga yang baru
Karena aku akan membuka lembaran baru
Untuk sisa jatah umurku yang baru
Daun gugur satu-satu
Semua terjadi karena ijin Allah
Umurku bertambah satu-satu
Semua terjadi karena ijin Allah

Tapi… coba aku tengok kebelakang
Ternyata aku masih banyak berhutang
Ya, berhutang pada diriku
Karena ibadahku masih pas-pasan

Kuraba dahiku
Astagfirullah, sujudku masih jauh dari khusyuk
Kutimbang keinginanku….
Hmm… masih lebih besar duniawiku

Ya Allah
Akankah aku masih bertemu tanggal dan bulan yang sama di tahun depan?
Akankah aku masih merasakan rasa ini pada tanggal dan bulan yang sama di tahun depan?
Masihkah aku diberi kesempatan?

Ya Allah….
Tetes airmataku adalah tanda kelemahanku
Rasa sedih yang mendalam adalah penyesalanku
Astagfirullah…

Jika Engkau ijinkan hamba bertemu tahun depan
Ijinkan hambaMU ini, mulai hari ini lebih khusyuk dalam ibadah…
Timbangan dunia dan akhirat hamba seimbang…
Sehingga hamba bisa sempurna sebagai khalifahMu…

Hamba sangat ingin melihat wajahMu di sana…
Hamba sangat ingin melihat senyumMu di sana…
Ya Allah,
Ijikanlah.

Senin, 22 Juli 2013

Hari ini

bintang hari ini...
entah kenapa bersinar pagi hari, aku memandang senyap di pagi ini dengan duduk dian tara bebatuan yang tersusun seperti meja dan kursi. hari memanjang saat aku memandang para siswa yang hari ini berganti rupa, banyak yang telah berubah, hanya saja aku tak sadari, hari ini masih saja ada , masih saja bergulir, padahal aku hanya menunggumu , masuk dari pelataran tamu gerbang kota ini, dimana aku seperti keledai di negeri sembrani, lupakan , biar saja aku seperti ini, memang benar nasibku untuk menikam kalbu, dengan bayang semu dirimu di angan dan hati, jangan paksa aku untuk memotong saat saat ini dengan kalimat kalimat bodoh pernyataan. dan biarkan ku di sini duduk diantara batu yang tersusun seperti meja dan kursi, untuk menunggu sesuatu.

Kamis, 18 Juli 2013

PUISI : kedinginan





cukup sudah aku rasai malam yang dingin
kenapakah pagi yang sejuk ini juga kurasa dingin
alunan gelombang lautan seperti ada disampingku
entah apa yang buat sisi nafas begitu dingin
aku benar benar tak menyangka ...
butiran embun yang beranjak dari tangkai daun dan rumput
mampu buat aku menggigil
biar sajalah aku tak mampu berbuat apa apa
untuk merasa tak nyaman
yang bisa aku kirimkan
kepada alam bahwa aku tentram
dan aku tak bisa berkata sebaliknya
itu hanya akan membuat rasa ini menjadi lebih kuat
terlalu dingin
 aku benci...

Rabu, 17 Juli 2013

Puisi di film ADA APA DENGAN CINTA


1.      Oleh: Rako Prijanto

Ketika tunas ini tumbuh
Serupa tubuh yang mengakar
Setiap nafas yang terhembus adalah kata
Angan, debur dan emosi
Bersatu dalam jubah terpautan
Tangan kita terikat
Lidah kita menyatu
Maka apa terucap adalah sabda pendita ratu
Ahh.. diluar itu pasir diluar itu debu
Hanya angin meniup saja
Lalu terbang hilang tak ada
Tapi kita tetap menari
Menari cuma kita yg tau
Jiwa ini tandu maka duduk saja
Maka akan kita bawa
Semua
Karena..
Kita..
Adalah..
SATU


2.      Oleh: Rako Prijanto

Kulari ke hutan kemudian menyanyiku
Kulari ke pantai kemudian teriakku
Sepi… sepi dan sendiri aku benci
Ingin bingar aku mau di pasar
Bosan aku dengan penat
Enyah saja engkau pekat
Seperti berjelaga jika kusendiri
Pecahkan saja gelasnya biar ramai
Biar mengaduh sampai gaduh
Ada malaikat menyulam jaring laba-laba belang ditembok keraton putih
Kenapa tak goyangkan saja loncengnya biar terdera
Atau aku harus lari ke hutan belok ke pantai


3.      Oleh: Rako Prijanto

Perempuan datang atas nama cinta
Bunda pergi karena cinta
Digenangi air racun jingga adalah wajahmu
Seperti bulan lelap tidur dihatimu
Yang berdinding kelam dan kedinginan
Ada apa dengannya
Meninggalkan hati untuk dicaci
Baru sekali ini aku melihat karya surga dalam mata seorang hawa
Ada apa dengan cinta
Tapi aku pasti akan kembali
Dalam satu purnama
Untuk mempertanyakan kembali cintanya
Bukan untuknya
Bukan untuk siapa
Tapi untukku
Karena aku ingin kamu
Itu saja

aku melihat seseorang

hari ini aku melihat...
cahaya yang dulu ku pandang tanpa henti , kini agak redup dan tunjukan wujudnya
dan terlihatlah sesosok yang berselimut sulaman benang lembut
dia adalah kepompong , dan selimut itu bergerak gemulai lalu mengelupas
hari ini aku melihat wujudmu yang sebenarnya
wujud yang sempurna dari siklus metamorfosa
aku melihatmu hari ini...
yang sudah jadi kupu - kupu terindah dari yang lain.
yang lebih cantik dari kemarin
yang lebih cantik dari yang terakhir aku melihatmu
kau tampak sempurna dengan sayap itu
aku hampir tak menyangka, jika kau akan seindah itu bila mengenakan sayap.
dan aku semakin memiliki alasan .
untuk pertahankan hati ini tetap tumbuh bersama waktu.

Minggu, 14 Juli 2013

PUISI : kerancuan hikmat

 langit mendung ...
beradu dengan tabuan halilintar dan guntur
pecah suara haru ditanah rindu
gersangnya hati di bulan suci
memupuk kearifan jiwa yang menganga
kini harus terlengkapi
yang jadi buih,harusnya jadi hujan
yang jadi uap,harusnya jadi api
bukan salahmu tak bisa ,tapi salahmu dimasa lalu,yang tak izinkan mencoba
rentan waktu telah tua berjalan
yang bahkan perangai hatimu bisa ditebak
karena waktu tiada ampunan , bagi jiwa lemah dan pendosa
sekarang sukma pagi menyapa , dia di atas kabut sunyi dalam surga
berpikir hari ini adalah sandiwara
yang akan jadi tontonan di masa hidup kedua
bulan sabit erami malam , yang kini di kotori percikan api
atmosfer bumi menggertak gigi
mengadu pada Sang Kuasa namun diacuhkan
syukuri saja masih ada pagi, yang dapat usaikan
percikan api pengindah semu itu
dan beruntunglah masih ada siang
saatnya mahkluk hina bermalas raga.